Seorang gadis berlari keluar dari pintu belakang restoran
Italia yang terkenal akan spagetinya itu. Bagaimana tidak ? Di tengah banyaknya
pesanan, pemilik restoran, Gustav Loyre, malah memerintah gadis itu pergi
membeli pisau dapur yang tajam, berhubung pisau dapur di restoran telah
kehilangan ketajamannya.
Kakek-kakek yang berdiri di dekat sana, mencegat tangan
gadis itu. Dia terperangah karena tidak menyangka akan dicegat seseorang.
“Ada
yang bisa saya bantu, kek ?” tanyanya basa-basi. Kakek itu tidak menjawab.
“Kalau tidak ada urusan, boleh kakek lepaskan tangan saya ?” Karena masih tidak
ada respon, gadis itu menarik tangannya kuat-kuat dari genggaman si kakek yang
cukup kuat. Berhasil, walau hasilnya adalah beberapa goresan akibat kuku si
kakek yang panjang.
“Lucy
Quentin Maradov,” seru kakek itu. GLEK !
Bagaiman
si kakek bisa tau nama lengkapku ?, tanyanya dalam hati. Dia membalikkan
badannya menghadap si kakek lagi. Jantungnya bergemuruh ketakutan.
“Kau
membutuhkan pisau, bukan ?” tanya si kakek dengan suara seraknya. Lucy
mengangguk.
Bagaimana
si kakek juga tau apa yang aku butuhkan ?, tanyanya lagi dalam hati. Jantungnya
semakin gelisah. Ketakutan menyebar hingga ke setiap mili tubuhnya. Mentalnya
sudah siap jika si kakek tiba-tiba akan meramalnya. Namun, dia cuma bisa
melongo karena si kakek memberikan sebuah pisau padanya.
“Ini
pisau yang kau butuhkan,” kata kakek itu yang langsung meletakkan pisaunya
dalam genggaman tangan Lucy. Lucy yang bengong tidak dapat menolak pemberian si
kakek. Saat dia tersadar sedetik kemudian, si kakek telah lenyap dari
pandangannya.
“Lucy,
apakah kau telah mendapatkan pisau yang diminta oleh bos ?” tanya koki unggulan
kami, selain bos tentunya, bernama Archie, yang sepertinya terperangah melihat
Lucy berada disana. Kekagetan Lucy yang belum hilang sepenuhnya, menyebabkannya
menjadi sedikit linglung. Bukannya menjawab pertanyaan Archie, dia malah
melempar pisau itu kepada koki itu. Jelas saja Archie berteriak kaget.
Bagaimanapun yang dilempar Lucy yaitu sebuah benda tajam yang dapat membunuhnya
jika dia tidak mengelak dari lemparan tersebut.
“Apa
yang terjadi ?” seru suara dari dalam dapur. Archie segera bersembunyi di
belakang bos yang baru saja datang. Ya, suara itu milik bos restoran ini. Bos
melihat Archie menunjuk-nunjuk Lucy dan pisau yang tertancap di dinding dekat
pintu. Bos menatap Lucy yang balas menatapnya dengan pandangan kosong.
“Lucy,
apa yang kau lakukan pada karyawan terbaikku ?” bentaknya ganas. Bentakan itu
berhasil menyadarkan Lucy kembali.
“Loh ?
Bos ?” Itulah kata-kata pertama yang diucapkan Lucy sesaat setelah tersadar.
“Loh ? Ada Archie juga ? Kenapa kau bersembunyi di belakang bos ?” tanyanya
heran.
Bos dan
Archie juga saling berpandangan heran. Seharusnya merekalah yang menuntut
jawaban dari Lucy, bukan sebaliknya.
“Lucy,
bawa pisau itu dan pulanglah,” perintah bos dengan nada
kau-harus-menuruti-perintahku. Lucy yang masih terheran-heran mengambil pisau
itu dan berjalan pulang meninggalkan seorang koki dan seorang bos yang
berdiskusi pelan tentangnya.
Original Created By : AFRP
0 komentar:
Posting Komentar